Semangat pegiat literasi di Indonesia untuk menanamkan
budaya baca bagi masyarakat. sebagai sampel di wilayah Yogyakarta, banyak
sekali kaum muda yang aktiv dan bergerak untuk mengenalkan buku kepada
masyarakat. Moh.Mursyid (Fb: Moh.Mursyid) dengan kiprahnya di bidang penulisan,
banyak tulisan-tulisannya yang menghiasi berbagai media massa di Tanah Air
sekaligus juga menyusun buku bidang perpustakaan, penulis yang sangat produktif
ini mengaku bahwa beliau bisa menulis karena dia banyak membaca karena untuk
memunculkan ide menulis harus banyak membaca. Prof.Sulistyo-Basuki (FB:
Sulistyo Basuki) dalam kata pengantar di buku “Be A Writter: Strategi Jitu
menjadi penulis kreatif bagi pustakawan” milik Moh.Mursyid mengungkapkan bahwa
menulis dan membaca merupakan satu kesatuan mirip koin dengan dua sisi.
Ungkapan itu sangat benar, karena bisa menulis karena membaca untuk mendapatkan
ide untuk tulisannya.
Kemudian ada juga Triyanto (Fb: Triyanto) yang baru-baru ini
sedang menjadi trending topic dikalangan pustakawan maupun masyarakat karena
Teras Baca yang dibangunnya bersama rekan-rekan pemuda di desanya mampu
menyedot perhatian banyak masyarakat. di dukung dengan kreativitasnya
mempromosikan Teras Baca di sosial media maupun media massa menjadikan
masyarakat terinspirasi untuk mengkuti jejaknya. Banyak TBM (Taman Baca
Masyarakat) dengan berbagai nama dan kreativitas oleh pendirinya seperti TBM
Cakruk Pintar, Rumah Pintar Mata Aksara, TBM Luru Ilmu dan masih banyak lagi
TBM-TBM di wilayah Yogyakarta menunjukkan bahwa pegiat literasi semakin
kreativ dalam mendekatkan buku kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan yang
dilakukan.
Di wilayah Gunung Kidul ada sosok pemudi pelopor yaitu Gemma
Hanggarsih Tiftasani (FB: Gemma Hanggarsih) sangat aktif mendampingi masyarakat
dalam membangun wilayah Gunung Kidul melalui perpustakaan. Bekerjasama dengan
KPAD Gunung Kidul, Gemma meberikan support dan pendampingan secara massif untuk
perpustakaan-perpustakaan desa di wilayah Gunung Kidul.
Perpustakaan Batu, istilah baru yang baru dikenalkan oleh
sosok Budi Martono (FB: Didy Huft) untuk menamakan Candi. Dari kunjungannya ke
berbagai candi yang ada di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta serta dari
berbagai referensi yang Budi baca, Budi mengungkapkan bahwa apa yang ada di
sebuah bangunan candi banyak pelajaran yang dapat diambil. Selain sebagai
bangunan tempat Ibadah nenek moyang bangsa Indonesia, ternyata candi merupakan
bentuk kemas ulang yang dilakukan oleh masyarakat pada waktu itu. Relief yang terukir
di batu candi merupakan isi dari sebuah Kitab Suci. Oelh sebab itu,
Perpustakaan Batu merupakan istilah yang cocok untuk menamakan candi.
Masih banyak lagi tentunya pemuda pemudi Indonesia yang
menjadi pelopor untuk Literasi di Indonesia, ada Budi Santoso (FB: Budi
Santoso) dengan otomasi perpustakaan SLIMS, Anas Al Haq (FB: Anas Al Haq)
dengan kreativitasnya membuat perpustakaan menjadi lebih hidup, Ridwan Nur
Arifin (FB: Ridwan Nur Arifin), Thoriq Tri Prabowo (FB: Thoriq Tri Prabowo)
dengan mengemas informasi dalam bentuk video, Ema Puji Lestari, Nazzatul
Farhanah dan masih banyak lagi. Itupun baru yang ada di Yogyakarta, belum lagi
diluar Yogyakarta.
Yang terbaru adalah dibukanya Grathama Pustaka di Yogyakarta
yang disebut-sebut merupakan perpustakaan paling besar se- Asia. Perpustakaan
besar dengan fasilitas yang luar biasa, tidak hanya perpustakaan yang ada hanya
buku dan rak akan tetapi juga fasilitas lainnya yang diharapkan mampu membuat
masyarakat nyaman berlama-lama di perpustakaan untuk membaca.
Masyarakat Indonesia untuk mau membaca buku dan mengenal
perpustakaan harus dipaksa dan dikenalkan secara dekat. Berbagai kegiatan yang
dilakukan untuk menarik perhatian orang, ide kreatif untuk mengimbangi gencaran
teknologi dan internet. Jika mau mebaca sejarah, orang-orang hebat di masa lalu
sangat suka membaca untuk bisa memecahkan permasalahan kehidupa, bahkan adaya
perpustakaan di rumahnya merupakan simbol martabat yang tinggi di mata
masyarakat.
Di penghujung tahun 2015 ini, euphoria tentang prediksi-prediksi
dari peramal kondang mulai bermunculan untuk memprediksikan atau meramal
kejadian apa yang akan terjadi di tahun 2016? Banyak yang bertanya urusan
jodoh, asmara, bahkan bencana alam. Peramal menggunakan media kartu, teh, sulat
atau apalah media yang digunakan untuk meramal tapi dari sekian banyak peramal
belum ada satupun peramala, dukun bayi, dukun santet, atau apalah yang mau dan
mampu untuk meramalkan tentang perpustakaan ataupun buku, belum ada bukan?
Kenapa ya bisa begitu? Aya juga tidak tahu, hehhe.
Walaupun seorang pujangga bernama Pramoedya Ananta Toer
pernah berucap bahwa harapan hanya akan membawa ketidak adilan, namun Saya
tidak mau berhenti berharap. Berharap bahwa masyarakat akan tetapi mencintai
buku dan mencintai perpustakaan sehingga transfer ilmu tetap akan berlangsung
dari generasi ke generasi.
Semoga Alloh SWT mengabulkan.. Aamiin.